Islam hanya mengenal dua hari perayaan, yang kita merayakannya setiap tahunnya yaitu: Idul Fitri dan Idul Adha. Anas radhiyallahu ‘anhu berkata:
قَدِمَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- الْمَدِينَةَ وَلأَهْلِ الْمَدِينَةِ يَوْمَانِ يَلْعَبُونَ فِيهِمَا فَقَالَ « قَدِمْتُ عَلَيْكُمْ وَلَكُمْ يَوْمَانِ تَلْعَبُونَ فِيهِمَا فَإِنَّ اللَّهَ قَدْ أَبْدَلَكُمْ يَوْمَيْنِ خَيْراً مِنْهُمَا يَوْمَ الْفِطْرِ وَيَوْمَ النَّحْرِ
“Ketika Nabi ﷺ datang ke Madinah, penduduk Madinah memiliki dua hari raya untuk bersenang-senang dan bermain-main di masa jahiliyah. Maka beliau ﷺ berkata, “Aku datang kepada kalian dan kalian mempunyai dua hari raya di masa Jahiliyah, yang kalian isi dengan bermain-main.
Allah telah mengganti keduanya dengan yang lebih baik bagi kalian, yaitu Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha (Hari Nahr).” [HR. An Nasai no. 1556 dan Ahmad 3: 178, sanadnya Sahih sesuai syarat Bukhari-Muslim sebagaimana kata Syaikh Syu’aib Al Arnauth]
Kalau dikatakan bahwa dua hari raya di atas (Idul Fitri dan Idul Adha) adalah yang lebih baik, maka selain dua hari raya tersebut TIDAKLAH memiliki kebaikan. Sudah seharusnya setiap Muslim mencukupkan dengan ajaran Islam yang ada, tidak perlu membuat perayaan baru selain itu. Karena Islam pun telah dikatakan sempurna, sebagaimana dalam ayat:
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
“Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu jadi agama bagimu.” [QS. Al Maidah: 3]
Kalau ajaran Islam sudah sempurna, maka TIDAK PERLU ada perayaan baru lagi.
Perayaan di luar dua perayaan di atas adalah perayaan Jahiliyah, karena yang dimaksud ajaran jahiliyah adalah setiap ajaran yang menyelisihi ajaran Rasulullah ﷺ. Sehingga merayakan perayaan selain perayaan Islam termasuk dalam sabda Nabi ﷺ:
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
‘Barang siapa menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk bagian dari mereka.” [HR Abu Dawud, hasan, dari Ibn Umar radhiyallahu ‘anhuma]
Tanyakan dirimu:
– Apakah Nabi ﷺ pernah merayakan ulang tahun beliau?
– Apakah para sahabat pernah merayakan ulang tahun Nabi ﷺ, atau ulang tahun mereka masing-masing?
Jika jawabannya tidak, lantas perayaan siapa yang kita ikuti?
Maka jangan latah ikut merayakan ulang tahun, sehingga kita tidak terjatuh ke dalam golongan kaum mereka.
Hanya Allah yang memberi taufik dan hidayah.